Kamis, 03 Juli 2014

GULALIKU

 My diary : ibu teko
Cipanas, 04 Juni 2014
Gulaliku adalah sebutan manis bagi anak-anak kelas 5 SDN Cipanas 4, angkatan 2013-2014 jumlahnya 41 orang, umur mereka 11-12 tahun. terlahir dari keluarga yang baik, makanan yang bergizi, lingkungan yang sehat, anak-anak itu tumbuh dengan pribadi-pribadi yang menghormati, menyayangi, toleransi. Episode satu tahun bersama anak-anak itu rasanya seperti berkisah dalam sebuah negeri dongeng yang tiap detiknya adalah sebuah keajaiban. Jahira adalah ketua kelasnya, mengawali profil anak yang bertanggung jawab, mandiri, dan bersahabat, walaupun ia seorang anak perempuan ia mampu menjadi seorang pemimpin yang bisa memberikan contoh pada teman-temannya. terlebih ia disandingkan dengan wakilnya seorang anak laki-laki Alwan, Alwan adalah pribadi yang ramah, penyayang, mau mengajak teman, tak ada sedikitpun yang tak kusukai dari pribadi Alwan. Bendahara kelas adalah kawan karib Jahira, Ayu kupanggil, ia adalah seorang sosok murid yang bisa diandalkan, terperinci dalam hal keuangan, dan ingin selalu ada di depan, tiga orang itulah yang selalu kuandalkan dalam setiap kegiatan kelas. rasanya ketika kutinggalkan dalam kepentingan yang mendesak aku bisa menitipkan ruangan manisku kepada mereka.
Aku sudah terlanjur jatuh cinta, sejak pandangan pertama, mereka tidak saling menonjol, mereka tidak pernah terlibat dalam sebuah masalah, walaupun kutahu mereka memiliki banyak kesedihan. seorang anak blesteran Hongkong yang ditinggal meninggal bapaknya, anak homescholling yang tak bisa mengikat tali sepatunya sendiri tak tahu caranya bersosialisai dengan temannya, anak yang harus menyelamatkan ibunya dari bacokkan maling di rumahnya, anak yang dianggap remeh dan menjadi bintang yang cemerlang, anak yang harus bersedih dan hidup sendiri di antara perceraian kedua orang tuanya, anak yang tak suka buah-buahan seumur hidupnya, atau harus kuhadapi anak yang memiliki kemampuan meramal seseorang.

Bagiku imajinasi terhadap anak-anak ini terlalu besar, sampai tak kudapati sedih sedikitpun, rasanya inginku bersyukur, kepada Tuhan telah ditakdirkan dengan anak-anak ini. prestasi telah banyak diraih oleh mereka, pengalaman yang tak terlupakan akan selalu menjadi memori terindah bagi mereka, terkadang pengalaman yang tak menyenangkan akan menjadi satu kisah yang bermanfaat bagi mereka.

Mereka bukan orang-orang genius tapi mereka adalah siswa-siswi berbudi pekerti luhur, yang suatu saat mereka akan menyelamatkan aku dari siksa api neraka. Mereka selalu menyandingkan ilmu pengetahuan yang diterima dengan Tuhannya, mereka mencoba membedah fenomena-fenomena alam denga Tuhan, berpendapat dengan logat sunda yang khas, atau berpendapat dengan gaya orator yang bijaksana seperti seorang Muhammad Hatta, tak kudapati suara keras, tak berlebih, tak menonjol, tapi bijak menempatkan diri kapan untuk menjadi seseorang yang terkenal pada waktunya, kapan menjadi seseorang yang tak boleh melebihi orang yang seharusnya.

Tak bisa kusebutkan satu persatu nama itu, tapi aku paham betul satu persatu anak-anak itu, mereka akan menjadi orang-orang hebat kelak, Dai besar, pemimpin yang besar, ahli sain terkemuka, walaupun mereka pasti ada yang menjadi orang biasa-biasa saja, seorang wiraswasta, atau pekerja, tapi kuyakini mereka akan menjadi pemuda-pemudi yang jujur, arif, bijaksana, bertanggung jawab.

Tak ada yang patut aku ucapkan terima kasih, dari keberadaan mereka selain pada Tuhan Yang Maha Esa, dan pada orang tua-orang tua mereka yang telah hidup dengan baik, memberikan lingkungan yang terbaik,